Temukan Blueprint Rahasia untuk Meraih Ribuan Dollar melalui Affiliate Marketing

Banner 468 x 60px

 

Rabu, 26 Juni 2013

NUANSA 10 pagi

0 komentar
Pagi ini pagi yang cerah bagiku
Penuh dengan nuansa keindahan
Burung-burung bernyanyi dengan merdu
Ayam pun berkokok gembira
Langit biru terbentang di atas sana
Awan putih bergumpal membentuk kata
Pohon hijau berdiri bergoyang-goyang
Bungapun menari-nari

Indahnya hari ini penuh dengan warna warni
Hatiku trus bersemi di nuansa 10 pagi
Mentari trus pancarkan sinarnya yang penuh arti
Angin pun berhembus dengan lembut di nuansa 10 pagi

“Gimana son, lagu gue? Bagus gak?” aku meletakkan gitarku disampingku.
”Asik juga lagu lo ra. Ngebeat lah kalo dibilang.” Soni menggoyangkan kedua jempolnya.
“Lo kira ini dangdut apa? Ini pop tau.” Tambahku.
“ Iya-iya gue tau. Gitu aja kok marah. Btw, kapan kita hang out bareng ? Udah seminggu nih sibuk ngurusin tugas melulu.”
“Iya sih, g[ue juga udah capek banget ngerjain tugas terus. Gimana kalo besok? Gue pengen nonton film vampir. Seru deh kayaknya.”
“Mmm..oke deh kalo gitu. Besok gue jemput jam 10 pagi. Kayak lagu lo gitu.”
“ Siip dah. Oya, gimana dengan cewek lo? Ntar dia marah lagi lo nonton bareng gue berdua.”
“Ah, lo tau sendiri kan Bella. Ada gak ada cewekpun dekat gue, tetap aja cemburuan. Lagian kan dia tau kalo lo sahabat gue, jadi biasa aja lah. Akhir-akhir ini juga gue lagi ada banyak masalah ama dia. Dia bilang gue jarang ngubungi dia lah, padahal pas gue nelpon hp nya sibuk mulu. Gimana gue gak kesal coba, telponan sama siapa sih dia ampe tiap hari gitu.” Kata Soni dengan nada kesal.
“Sabar aja son, mungkin dia lagi dapet kali. Hehe..” ucapku menepuk punggungnya.
“Iya-iya, semua cewek mesti dihadapi dengan sabar. Kecuali lo !” jawab Soni menunjuk kearahku.
“Maksud lo apaan nih? Jadi gue bikin lo gak sabar gitu?”
“Iya betul banget tuh, gue udah gak sabar ngacakin rambut lo!” Sonipun mengacak-acak rambutku dan berlari menuju kelas.
“Rese lo!” Akupun merapikan rambutku dan berlari mengikutinya dari belakang.
Nuansa 10 Pagi
Kegiatan di kampus hari ini begitu melelahkan. Baru semester 2 aja udah bikin vertigo. Aku dan Soni berada di jurusan yang sama yaitu Ekonomi managemen. Kami mulai mengenal ketika ospek. Dia membantuku saat dijaili kakak senior. Dengan tubuhnya yang kekar dan tinggi serta perawakannya yang membuat orang mengira seperti preman pasar menjadikan dia disegani oleh kakak-kakak senior. Tetapi sifat aslinya bukan seperti yang diperkirakan orang-orang. Dia ramah dalam bergaul dan wajahnya bisa bikin cewek penasaran. Gak seperti aku yang suka menutup diri dari orang banyak. Itu karna aku lebih suka ketenangan. Rambutku yang pendek membuatku sering dijuluki Dora . Apa-apaan itu? Perasaan potongan rambutku tak seperti dora yang punya poni selamat datang gitu. Lagian aku mempunyai postur tubuh yang cukup tinggi dan yang pasti aku dewasa.

Hari ini adalah hari libur, dan aku sudah janjian dengan Soni buat jalan bareng. Kami menuju teater 21 untuk nonton film Breaking Dawn. Aku dan Soni mengambil posisi duduk ditengah-tengah agar nontonnya nyaman dan pas. Ketika dipertengahan film, Soni keluar menuju toilet. Lima belas menit aku menunggunya, tetapi dia tak kembali. Aku SMS tetapi gak dibalas. Akupun keluar berusaha mencarinya ke toilet. Saat aku sampai didepan toilet cowok, kulihat Soni berantem dengan seorang cowok, dan dididekatnya ada Bella. Akupun berusaha melerai perkelahian itu.
“Lo tau gak, dia cewek gue! “ kata Soni masih dengan memukul cowok itu.
“Trus lo mau apa? Gue ama Bella udah jadian seminggu yang lalu.”cowok itu tak membalas pukulan Soni.
“Apa-apaan kalian, STOP! “ ucapku dan menarik Soni yang akan memukul cowok itu lagi.
“Lo gak usah ikut campur ra!” Soni berusaha melepaskan tanganku yang menahannya.
“Oh, lo kencan sama Tura son? Berarti selama ini lo yang selingkuh dari gue.” Kata Bella sambil membantu pacar barunya itu berdiri.
“Maaf bel, tapi gue gak kencan sama Soni. Gue cuma minta temenin nonton sama dia. Lo jangan salah paham sama Soni.” Jawabku mengelak perkataan Bella.
“Lo itu naif banget jadi orang ra, apalagi namanya kalo gak kencan. Lo pura-pura bego atau memang bego. Udah ngerebut pacar orang, malah ngeles lagi.”
“Jangan sangkut pautin masalah ini sama Tura. Lo yg berkhianat sama gue. Mau lo apa sebenarnya bel?”
“Mau gue, kita putus !”
“Oke, kita putus. Dan lo, (Soni menunjuk kearah cowok tadi) gue doain semoga lo bahagia menghadapi Bella. Ayo ra, kita pergi.” Soni menarik tanganku dan kami pun pergi.
“Lo gak apa-apa son? Muka lo bengkak tuh.” Kataku dan menunjuk kebagian pelipis mata Soni.
“Udah gak apa-apa. Maaf ya, lo jadi kebawa-bawa masalah gue.” Soni menampakkan wajah kecewa.
“Biasa aja deh Son, tapi lo harus traktir gue makan. Gue laper banget nih.” Aku memegang perutku yang mulai keroncongan.
“Dasar lo ! makan terus fikirannya. Ayo kita pergi.”
Soni merangkul bahuku. Akupun balas merangkul bahunya, tetapi agak susah karna dia lebih tinggi dariku.

Seminggu setelah Soni putus dari Bella, dia tampak sudah melupakan kejadian itu. Nyatanya dia sekarang lebih aktif dalam belajar, begitu juga bermain basket. Dia kepilih menjadi kapten basket dikampus. Dan hari ini dia ada pertandingan basket dengan tim dari universitas Budi Darma. Akupun ikut menyaksikan pertandingan itu. Pertandingannya begitu seru. Sampai-sampai skornya tak beda jauh. Masing-masing tim memiliki jagoannya masing-masing. Dari universitas Budi darma, cowok dengan nomor punggung 21 menjadi saingan berat Soni. Soni tampak kewalahan menghadapi cowok itu. Tetapi akhirnya tim Soni memenangkan pertandingan ini. Saat aku hendak menghampiri Soni, aku tertabrak pemain basket lawan.
“Sorry, gue gak sengaja.” Ucap cowok itu meminta maaf.
“Oh ya, gak papa. Sering-sering aja nabrak.”
“Haha..lo lucu juga yah. Kenalin gue Vicky.” Cowok itu menyodorkan tangannya padaku.
“Gue Tura. Senang kenalan ama lo. Oh ya, lo si nomor 21 kan? Main lo keren banget tau.”
“Iya, thanks atas pujiannya. Tapi permainan Univ.pelita lebih bagus dari kami. Toh nyatanya mereka yang menang kan?”
“ Tapi gue jujur kok, permainan lo emang keren. Udah dulu yah, gue mau nemuin teman gue nih.”
“Oke deh. See you..” Vicky pun tersenyum padaku.

Aku menunggu Soni setelah dia selesai mandi. Aku menunggu di halaman kampus sambil mendengarkan musik.
“Hoii..!!” Soni mengagetkanku. Aku terperanjat karena kaget.
“Gile lo, untung gue gak jantungan. Kalo jantungan, bisa mati ditempat gue.”
“Haha.. baru gitu aja lo kaget. Gimana penampilan gue tadi, keren gak?”Soni pun duduk disampingku.
“Gue kasih 2 jempol deh. TOP. Tapi tadi Vicky juga jago banget mainnya. Saingan berat ama lo.”
“Vicky? Siapa tuh? Di tim gue gak ada yang namanya Vicky.”
“Vicky tuh cowok yang nomor punggungnya 21 dari unv. Budi darma.”
“Oh dia. Emang bagus sih permainannya. Tapi ngomong-ngomong kok lo bisa kenal ama dia. Teman lo ya ?” tanya Soni heran.
“Dia nabrak gue tadi, jadi kenalan deh. Baik kok orangnya, ganteng lagi. Hehehe..”
“Huh..dasar lo. Udah mulai mata keranjang nih sepertinya. Gantengan gue lagi.”
“Iya-iya lo ganteng, tapi dilihat dari sarang semut. Haha..” akupun tertawa terpingkal-pingkal.
“Senang ya lo?”

Soni mencubit kedua pipiku hingga mulutku ketarik kesamping. Aku berusaha melepaskan tangannya, tetapi tangannya begitu kuat dan akupun membalas mencubit pipinya. Saat aku hendak berdiri, aku tersandung dan menimpa tubuh Soni. Soni pun terjatuh dan posisi kami seperti sedang berpelukan. Aku menarik tubuhku untuk berdiri dan membantu Soni berdiri.
“Lo sih, lalu jatuh deh.” Ucapku sambil membersihkan pakaianku dari rumput.
“Oh. Ma. Maaf. Gue duluan yah, gue lupa ada janji ama anak-anak.”
Soni pergi meninggalkanku sendiri. Aku bingung melihatnya. Padahal sebelumnya dia menyuruhku untuk menunggunya. Tetapi sekarang dia pergi begitu saja. Akhirnya aku pulang sendirian. Saat dijalan, motorku oleng. Dan ternyata bannya kempes. Akupun menuju bengkel terdekat. Betapa terkejutnya aku saat melihat Vicky di bengkel. Sepertinya ini sungguh kebetulan bagiku. Baru sejam yang lalu aku bertemu dengannya,dan kini kami bertemu lagi. Ternyata dia pemilik bengkel ini, lantaran dia suka mengotak-atik mesin makanya dia mendirikan bengkel. Dia semakin membuatku kagum. Kamipun bercerita tentang kampus masing-masing. Dia mengambil jurusan Tekhnik Informatika dan berada di semester 4. Akhirnya kami bertukaran nomor hp dan dia juga mengajakku untuk makan siang besok. Akupun tak bisa menolak tawarannya.

Keesokan harinya sepulang dari kampus, Soni datang menghampiriku.
“Ra, makan yok. Gue laper nih.”
“Sorry son, tapi gue udah ada janji nih.”
“Janji? Jarang banget lo ada janji-janji segala.”
“Iya sih, tapi ini janji yang spesial banget.” Ucapku sambil tersenyum kearah Soni.
“Kenapa lo senyum-senyum gitu? Gue tau gue ganteng, jangan gitu lah.”
“Bukan itu maksud gue. Lo tau Vicky kan? Dia ngajak gue makan siang bareng.”
“Hah? Serius lo? Ngapain lagi dia ngajak lo makan segala. Lo yang maksa dia yah?”
“Enak aja, ini real tau ! Dia yang ngajak gue. Gue gak minta kok.”
“Ya udah, lo hati-hati sama dia. Tampangnya sih playboy gitu. Mau gue anterin gak?”
“Gak perlu. Gue pergi dulu yah. Bye bye..”
Aku pergi meninggalkan Soni. Sesampainya di Cafe, kulihat Vicky sudah menunggu. Dia pun sudah memesan makanan. Kami makan sambil bercerita pengalaman di kampus masing-masing. Vicky sangat asyik diajak ngobrol. Dia juga pandai membuat lelucon dan menggombal.
“Tura, lo udah punya pacar belum?” tanya Vicky padaku

Aku kaget mendengar pertanyaannya itu.
“Belum, emang kenapa?” balasku balik bertanya.
“Masa cewek secantik lo gak punya pacar.”
“Emang begitulah kenyataannya.” jawabku
“Mau gak lo jadi pacar gue?” Vicky memegang tanganku
“Hah? lo serius ky?” aku kaget mendengar pernyataannya.
“Iya, gue suka ama lo. Lo mau kan jadi pacar gue?”
“Mmm..i..iya gue mau.”jawabku
“Makasih ya ra..”
Akupun hanya bisa membalasnya dengan senyuman.

Keesokan harinya aku menceritakan kepada Soni bahwa aku dan Vicky berpacaran. Soni tampak tak senang dengan kabar itu. Dia berusaha mengalihkan pembicaraanku tentang Vicky. Tetapi aku hanya menganggap itu biasa karna Soni sedang tidak bersemangat.

Satu bulan sudah aku berpacaran dengan Vicky. Tetapi 5 hari ini aku tak pernah bertemu dengannya lagi. Dia bilang bahwa dia sedang sibuk dengan tugas-tugasnya di kampus. Aku pun mulai rindu kepadanya. Suatu hari,Soni datang menemuiku. Semenjak berpacaran dengan Vicky, aku jarang bertemu dengan Soni. Dia seakan menghindariku.
“Ra, gimana hubungan lo dengan Vicky?”
“Tumben lo nanya gituan ama gue. Emang kenapa ? hubungan gue baik-baik aja sih, tapi 5 hari ini gue gak pernah bertemu lagi ama dia soalnya dia lagi sibuk.”
“Maaf ya ra, bukannya gue mau ikut campur urusan lo, tapi mendingan lo gak usah lagi berhubungan sama dia.”
“Maksud lo apaan? Kok ngelarang gue segala. Emang ada yang salah sama Vicky?” akupun mengubah posisi dudukku mendekati Soni.
“Dia itu playboy. Gue tau banget tingkah lakunya diluar sana.”
“Apa-apaan sih lo Son, pake bilang Vicky playboy lagi. Emang ada buktinya apa? Selama sama gue, gak pernah gue liat dia sama cewek kok. Udahlah son, jangan buat ini jadi tambah rumit. Akhir-akhir ini lo seakan menjauh dari gue. Emang gue ada salah ya ama lo? Gue minta maaf deh kalo gue ada salah ke lo.”
“Bukan itu masalahnya ra. Justru karna kita teman, gue peduli sama lo. Gue gak mau lo sakit nantinya. Sama seperti gue dulu. Bukannya gue jelek-jelekin cowok lo. Tapi itu yang gue liat kemarin. Dan gue sendiri yang melabrak mereka.”
“Stop Son ! Stop ! Gue benci ama lo !” Akupun berdiri dan pergi meninggalkan Soni.
Seminggu sudah aku tak bertemu dengan Soni. Kamipun juga tak saling berkomunikasi lewat hp. Di kampus pun dia tak masuk dan kabarnya dia pergi keluar kota mejenguk keluarga yang sakit. Vickypun tak menghubungiku lagi. Ketika aku mencarinya di bengkel, dia juga tidak ada. Aku semakin kesepian dengan kondisiku sekarang. Soni yang biasa bersamaku, kini tak ada didekatku lagi. Aku menyesal telah memarahinya. Karna dia pasti kecewa terhadapku. Kini aku sadar bahwa kehadiran Soni begitu berarti bagiku. Aku begitu egois tanpa memikirkan perasaan Soni. Dia selalu membantuku jika ada masalah. Dia teman yang baik bagiku. Jika dia tak ada, aku merasa kesepian. Aku tak tau perasaan ini seperti apa terhadapnya.

Suatu hari ketika aku berada di cafe tempat ku jadian dengan Vicky, aku melihat Vicky makan sendirian. Akupun datang menghampirinya.
“Vicky..” ucapku dan duduk dihadapannya.
“Tu..Tura, ngapain kamu disini?” Vicky tampak begitu cemas.
“Lho, emang kenapa ky. Aku udah lama nyariin kamu. Tapi kenapa kamu seolah hilang gitu aja. Emang aku ada salah sama kamu?”
“ Beib, dia siapa?’’ kata seorang cewek menghampiri Vicky
Cewek berambut panjang itu langsung menempel pada Vicky. Aku langsung berdiri dan mendekati Vicky.
“Beib... maksudnya apa ky? Kenapa dia sama lo, ooh..jadi selama ini lo selingkuh dari gue? Lo kejam banget ky! Baru sebulan kita pacaran, tapi lo sudah cari cewek baru. Ternyata benar apa kata Soni. Lo playboy. Dan kesalahan terbesar gue yaitu ngebelain lo dibanding teman gue sendiri. Sialan lo !!”

Plakk !! aku menampar Vicky dengan keras dan kemudian pergi. Disepanjang jalan, air mataku terus jatuh. Aku begitu menyesal karna kebodohnku ini. Soni tak ada bersamaku, dan itu membuatku semakin terpuruk. Aku merindukan Soni, aku membutuhkannya. Akupun menuju ke rumah Soni. Sesampainya disana, kulihat rumahnya kosong. Aku hanya bisa menangis dan terduduk didepan rumahnya. Aku menundukkan kepalaku tak percaya dengan hal yang kualami saat ini. Tetapi saat aku hendak bangun, ada tangan yang memegang kepalaku. Saat kulihat, pemilik tangan itu adalah Soni.
“Soni..” aku langsung memeluknya.
“Tura, lo kenapa nangis?” Soni menggosok-gosok kepalaku.
“Lo benar Son, dia playboy. Maafin gue gak percaya sama lo.”
“Vicky brengsek !! Gue bakalan habisin dia!” Soni pun melepaskanku dan segera hendak pergi menemui Vicky.
“Son jangan! Bukan itu yang buat gue nangis sekarang ini.” Aku menahan tangan Soni
“Maksud lo? Jadi lo kenapa ra?”
“Gue nyesal udah gak percaya ama lo. Gue nyesal hubungan kita jadi gak baik gara-gara itu. Gue kangen sama lo son.” Akupun kembali menangis.

Soni menarik tanganku dan memelukku. Saat dipeluk olehnya, denyut jantungku semakin cepat. Aliran darahku terasa mengalir deras dan dada ku terasa sesak.
“Ra, gue juga kangen banget sama lo. Tapi entah mengapa akhir-akhir ini rasanya aneh banget. Gak seperti biasanya. Rasanya gue gak mau lagi pisah dari lo.’’
“Gue kira cuma gue aja yang ngerasain begitu. Ternyata lo juga son.”
“Ra, sepertinya gue suka sama lo.”
“Apa?” aku melepaskan pelukannya.
“Iya, gue sayang ama lo ra. Gue cinta ama lo.” Wajah Soni tampak begitu sunguh-sungguh.
“Son, gue juga sayang ama lo.”
“Tuh kan, gue bilang juga apa. Lo gak kuat liat cowok ganteng kayak gue kan..hehe..” soni mencubit pipiku.
“Huh..dasar lo !”
Aku balas mencubit pipi Soni. Kini aku baru mengerti perasaan yang aku rasakan selama ini adalah karna aku sayang kepadanya. Dia membuatku senang jika didekatnya. Dan sekarang aku akan merasakan kebahagiaan itu setiap hari karna kini kami telah bersama.

Sumber : Lokerseni

0 komentar :

Posting Komentar