Temukan Blueprint Rahasia untuk Meraih Ribuan Dollar melalui Affiliate Marketing

Banner 468 x 60px

 

Selasa, 28 Mei 2013

MAWAR YANG MEMPESONA MEWANGI HINGGA KE SYURGA

0 komentar
ibu… Ibu…” pekik laila
Laila, Seorang bocah yang baru berusia 7 tahun, Senja itu tengah asyik bermain di teras rumahnya. Sedangkan ibunya duduk tak jauh darinya di sebuah kursi santai sambil membaca sebuah majalah. Sang ibu pun segera menoleh pada si anak yang sedari tadi memanggil-manggilnya sambil menggendong si mungil Barbie.
“kenapa nak?”

“bunga mawarnya udah mekar lho bu. Cantik lagi” katanya takjub setengah menjerit dengan gaya khas anak-anaknya sambil menunjuk ke arah bunga mawar di salah satu sudut teras rumahnya. Hatinya benar-benar tertarik. Sang Bunga nan Merekah begitu menggodanya. Segera ia berlari menuju si bunga yang telah memikat hatinya meski hanya dari kejauhan.
Si Ibu hanya tersenyum melihat tingkah pongah si sulungnya itu. Lalu kembali menekuni majalah yang ia baca. Sejak kecil Laila memang sudah jatuh hati pada bunga. Apa lagi bunga yang cantik ketika merekah.
Laila terus saja memperhatikan si bunga. Mendekat dan terus bertambah dekat. Tak henti ia berdecak kagum atas ciptaan Tuhannya yang satu itu. Dan ia bertambah kagum ketika hidung mungilnya menangkap harumnya semerbak Sang mawar yang baru merekah meski jaraknya dengan mawar itu hanya 3 kilan jari tangan mungilnya. Perlahan ia menghirup harumnya si bunga hingga mata beningnya pun ikut terpejam kala menikmatinya. Hmm.. indah nian engkau bunga, bisik hatinya.
Muncul sebuah keinginan dalam benaknya. Ia ingin memiliki si Bunga. Tiba-tiba muncul sebuah ide usil di kepalanya. Ia ingin memetik si bunga!. Laila pun menoleh ke belakangnya. Memperhatikan sang ibu. Ternyata ibu masih asyik bercengkerama dengan majalah kesayangannnya. Ia mencoba memastikan agar sang ibu tidak melihatnya. Tangan kecilnya terus mendekati si bunga. Mencoba meraih si bunga perlahan. Ketika tangan mungil itu telah berhasil mengenggam tangkai si bunga, Tiba-tiba…
“Auuuuuww…” jerit Laila. spontan ia langsung menarik tangannya. Dilihatnya setitik darah segar di jari tunjuk kanannya. “Ibuuuu… sakiiitt” rengeknya sambil berlari menuju sang ibu. Menangis sambil memegang jari telunjuknya yang berdarah. Menyaksikan itu sang ibu terkejut.
“kenapa nak? Kok tangannya berdarah?” Tanya ibunya menyambut uluran tangan Laila yang sudah menangis. Laila tak menjawab, ia hanya menunjuk pada si Bunga. Namun ibu sudah paham penyebab luka di jari si sulung hingga membuatnya menangis. Kemudian ibu mengangkat Laila. Lalu mendudukkannya di kursi yang ada di sebelahnya. “tunggu di sini ya sayang” ujar sang ibu yang kemudian masuk ke dalam rumah mengambil kotak P3K yang selalu tersedia di ruang keluarga.
Selang beberapa menit si ibu telah kembali dengan kotak P3K dan semangkuk air hangat ditangannya. Dengan sigap dan penuh kasih sayang ia membersihkan darah yang menempel pada jari Laila. Kemudian memberikan antiseptik pada bagian yang terluka.
“Nah, udah sembuh kok. Kan udah ibu bersihin. Udah ya nangisnya. Kan malu diliatin si Nunu” bujuk ibu dengan sedikit menggoda Laila sambil menunjuk Nunu, boneka kesayang Laila. Laila pun mengulum senyumnya. Bujukan ibu yang melibatkan Nunu cukup ampuh untuk meredakan tangisannya.
“Bu, Laila ga suka sama mawar. Abis mawarnya nakal.” Gerutunya dengan rona wajah tak bersahabat. Mengerutkan bibir mungilnya yang hampir saja hilang. Mendengar celoteh sikecilnya, sang ibu hanya tersenyum.
“kok mawarnya yang disalahin? kan udah ibu bilang jangan ganggu bunga-bunganya. Nah, yang nakal sekarang siapa, Hayo?” goda ibu sambil mencolek hidung mungil Laila. Diperlakukan seperti itu laila tertawa geli dan mengakui bahwa ia yang salah.
“Laila sayang, belajar lah dari setangkai mawar nak. Lihatlah betapa cantik, indah dan menawan tiap kelopak mahkotanya. Membuat siapa pun senang memandangnya. Ketika di dekati pun harum semerbak wanginya. Tapi tak semua orang bisa memetiknya begitu saja. Kerana ia punya duri. Bukan untuk menyakiti nak, tapi itulah pelindung diri dari tangan-tangan jahil yang berniat menodai. Andai saja kita ingin memetiknya, tentu harus seizin pemiliknya. Maka tentu sang pemilik akan membantumu dengan caranya. Hingga duri itu mampu menjadi penawar
Bayangkan, kalau mawar-mawar itu tak berduri?, Tentu ia akan begitu mudah disentuh, di petik, dinikmati harumnya, setelah itu dicampakkan begitu saja di tengah perjalanan, tapi ternyata karena durinya ia disegani dan dihargai, warnanya pun teduh bersahaja namun tetap mempesona, jangan seperti bunga “ancok si tahi ayam” nak, warna mahkotanya begitu mencolok dan menarik setiap kumbang dari kejauhan, namun ketika di dekati, Busuk. Sangat busuk nak.. Menyesal karena sudah mendekatinya. Bentuknya pun tak seindah ketika di lihat dari kejauhan
Lihatlah mawar nak, Seperti itulah seorang muslimah seharusnya. Sosoknya meneduhkan mata yang memandangnya. Akhlaknya indah memberi kedamaian pada sekitarnya. Menjadikan hijabnya tak sekedar pembungkus tubuh. Tapi sebagai wujud cinta pada Sang Maha. Sebagai identitas muslimah dan perisai diri. Dari laki-laki jahil yang berniat menodai. Tersembunyi di balik hijabnya, utuh Tak tersentuh. Hanya mereka yang beruntung yang bisa memilikinnya. Yang telah berbekal ilmu dan amalan kebaikan demi kebaikan, tentu akan menjaganya sepenuh hati, karena ia didapatkan dengan perjuangan dan pengorbanan, dan tentu saja atas Izin Sang Pemilik Sejati. Nak, jadilah mawar yang mempesona, mewangi hingga ke syurga ya”
Laila tercenung. Meski usianya sangat dini namun pemahamannya tak bisa diremehkan. Ia terus mencerna perlahan kalimat demi kalimat dari lisan ibunya.
“ibu, Laila mau jadi Mawar. Laila mau jadi muslimah yang mempesona hingga ke syurga. Laila mau…” ucapnya pada Ibu dengan ketulusan dan kesungguhan.
Ibupun tersenyum bangga padanya. Merapikan jilbab Laila sehingga lebih rapi dari sebelumnya. Lalu beliau pun mencium kening sulung cerdasnya itu.
“Tutuplah auratmu, jagalah izzahmu, kokohkan imanmu, maka kaulah muslimah yang mempesona, mewangi hingga ke syurga nak”
“Laila Sayang Ummi” pekiknya spontan mencium pipi Sang ibu
Merah saga di senja itu menjadi saksi bisu percakapan sang Ibu dan Laila. lalu seakan melukiskan kuatnya azzam dan keinginan dalam hati si kecil Laila di lembutnya kanvas langit senja. Dan sang mentaripun perlahan menuju peraduannya seakan ingin segera menceritakan tentang si Kecil Laila, Sang Mawar yang mempesona, Mewangi hingga ke syurga pada Sang malam..

Cerpen Karangan: Ikha Hikari Ryoko
http://cerpenmu.com/cerpen-islami-religi/mawar-yang-mempesona-mewangi-hingga-ke-syurga.html

0 komentar :

Posting Komentar