ibu… Ibu…” pekik laila
Laila, Seorang bocah yang baru berusia 7 tahun, Senja itu tengah asyik
bermain di teras rumahnya. Sedangkan ibunya duduk tak jauh darinya di
sebuah kursi santai sambil membaca sebuah majalah. Sang ibu pun segera
menoleh pada si anak yang sedari tadi memanggil-manggilnya sambil
menggendong si mungil Barbie.
“kenapa nak?”
“bunga mawarnya udah mekar lho bu. Cantik lagi” katanya takjub setengah
menjerit dengan gaya khas anak-anaknya sambil menunjuk ke arah bunga
mawar di salah satu sudut teras rumahnya. Hatinya benar-benar tertarik.
Sang Bunga nan Merekah begitu menggodanya. Segera ia berlari menuju si
bunga yang telah memikat hatinya meski hanya dari kejauhan.
Si Ibu hanya tersenyum melihat tingkah pongah si sulungnya itu. Lalu
kembali menekuni majalah yang ia baca. Sejak kecil Laila memang sudah
jatuh hati pada bunga. Apa lagi bunga yang cantik ketika merekah.
Laila terus saja memperhatikan si bunga. Mendekat dan terus bertambah
dekat. Tak henti ia berdecak kagum atas ciptaan Tuhannya yang satu itu.
Dan ia bertambah kagum ketika hidung mungilnya menangkap harumnya
semerbak Sang mawar yang baru merekah meski jaraknya dengan mawar itu
hanya 3 kilan jari tangan mungilnya. Perlahan ia menghirup harumnya si
bunga hingga mata beningnya pun ikut terpejam kala menikmatinya. Hmm..
indah nian engkau bunga, bisik hatinya.
Muncul sebuah keinginan dalam benaknya. Ia ingin memiliki si Bunga.
Tiba-tiba muncul sebuah ide usil di kepalanya. Ia ingin memetik si
bunga!. Laila pun menoleh ke belakangnya. Memperhatikan sang ibu.
Ternyata ibu masih asyik bercengkerama dengan majalah kesayangannnya. Ia
mencoba memastikan agar sang ibu tidak melihatnya. Tangan kecilnya
terus mendekati si bunga. Mencoba meraih si bunga perlahan. Ketika
tangan mungil itu telah berhasil mengenggam tangkai si bunga, Tiba-tiba…
“Auuuuuww…” jerit Laila. spontan ia langsung menarik tangannya.
Dilihatnya setitik darah segar di jari tunjuk kanannya. “Ibuuuu…
sakiiitt” rengeknya sambil berlari menuju sang ibu. Menangis sambil
memegang jari telunjuknya yang berdarah. Menyaksikan itu sang ibu
terkejut.
“kenapa nak? Kok tangannya berdarah?” Tanya ibunya menyambut uluran
tangan Laila yang sudah menangis. Laila tak menjawab, ia hanya menunjuk
pada si Bunga. Namun ibu sudah paham penyebab luka di jari si sulung
hingga membuatnya menangis. Kemudian ibu mengangkat Laila. Lalu
mendudukkannya di kursi yang ada di sebelahnya. “tunggu di sini ya
sayang” ujar sang ibu yang kemudian masuk ke dalam rumah mengambil kotak
P3K yang selalu tersedia di ruang keluarga.
Selang beberapa menit si ibu telah kembali dengan kotak P3K dan
semangkuk air hangat ditangannya. Dengan sigap dan penuh kasih sayang ia
membersihkan darah yang menempel pada jari Laila. Kemudian memberikan
antiseptik pada bagian yang terluka.
“Nah, udah sembuh kok. Kan udah ibu bersihin. Udah ya nangisnya. Kan
malu diliatin si Nunu” bujuk ibu dengan sedikit menggoda Laila sambil
menunjuk Nunu, boneka kesayang Laila. Laila pun mengulum senyumnya.
Bujukan ibu yang melibatkan Nunu cukup ampuh untuk meredakan
tangisannya.
“Bu, Laila ga suka sama mawar. Abis mawarnya nakal.” Gerutunya dengan
rona wajah tak bersahabat. Mengerutkan bibir mungilnya yang hampir saja
hilang. Mendengar celoteh sikecilnya, sang ibu hanya tersenyum.
“kok mawarnya yang disalahin? kan udah ibu bilang jangan ganggu
bunga-bunganya. Nah, yang nakal sekarang siapa, Hayo?” goda ibu sambil
mencolek hidung mungil Laila. Diperlakukan seperti itu laila tertawa
geli dan mengakui bahwa ia yang salah.
“Laila sayang, belajar lah dari setangkai mawar nak. Lihatlah betapa
cantik, indah dan menawan tiap kelopak mahkotanya. Membuat siapa pun
senang memandangnya. Ketika di dekati pun harum semerbak wanginya. Tapi
tak semua orang bisa memetiknya begitu saja. Kerana ia punya duri. Bukan
untuk menyakiti nak, tapi itulah pelindung diri dari tangan-tangan
jahil yang berniat menodai. Andai saja kita ingin memetiknya, tentu
harus seizin pemiliknya. Maka tentu sang pemilik akan membantumu dengan
caranya. Hingga duri itu mampu menjadi penawar
Bayangkan, kalau mawar-mawar itu tak berduri?, Tentu ia akan begitu
mudah disentuh, di petik, dinikmati harumnya, setelah itu dicampakkan
begitu saja di tengah perjalanan, tapi ternyata karena durinya ia
disegani dan dihargai, warnanya pun teduh bersahaja namun tetap
mempesona, jangan seperti bunga “ancok si tahi ayam” nak, warna
mahkotanya begitu mencolok dan menarik setiap kumbang dari kejauhan,
namun ketika di dekati, Busuk. Sangat busuk nak.. Menyesal karena sudah
mendekatinya. Bentuknya pun tak seindah ketika di lihat dari kejauhan
Lihatlah mawar nak, Seperti itulah seorang muslimah seharusnya.
Sosoknya meneduhkan mata yang memandangnya. Akhlaknya indah memberi
kedamaian pada sekitarnya. Menjadikan hijabnya tak sekedar pembungkus
tubuh. Tapi sebagai wujud cinta pada Sang Maha. Sebagai identitas
muslimah dan perisai diri. Dari laki-laki jahil yang berniat menodai.
Tersembunyi di balik hijabnya, utuh Tak tersentuh. Hanya mereka yang
beruntung yang bisa memilikinnya. Yang telah berbekal ilmu dan amalan
kebaikan demi kebaikan, tentu akan menjaganya sepenuh hati, karena ia
didapatkan dengan perjuangan dan pengorbanan, dan tentu saja atas Izin
Sang Pemilik Sejati. Nak, jadilah mawar yang mempesona, mewangi hingga
ke syurga ya”
Laila tercenung. Meski usianya sangat dini namun pemahamannya tak
bisa diremehkan. Ia terus mencerna perlahan kalimat demi kalimat dari
lisan ibunya.
“ibu, Laila mau jadi Mawar. Laila mau jadi muslimah yang mempesona
hingga ke syurga. Laila mau…” ucapnya pada Ibu dengan ketulusan dan
kesungguhan.
Ibupun tersenyum bangga padanya. Merapikan jilbab Laila sehingga lebih
rapi dari sebelumnya. Lalu beliau pun mencium kening sulung cerdasnya
itu.
“Tutuplah auratmu, jagalah izzahmu, kokohkan imanmu, maka kaulah muslimah yang mempesona, mewangi hingga ke syurga nak”
“Laila Sayang Ummi” pekiknya spontan mencium pipi Sang ibu
Merah saga di senja itu menjadi saksi bisu percakapan sang Ibu dan
Laila. lalu seakan melukiskan kuatnya azzam dan keinginan dalam hati si
kecil Laila di lembutnya kanvas langit senja. Dan sang mentaripun
perlahan menuju peraduannya seakan ingin segera menceritakan tentang si
Kecil Laila, Sang Mawar yang mempesona, Mewangi hingga ke syurga pada
Sang malam..
Cerpen Karangan: Ikha Hikari Ryoko
http://cerpenmu.com/cerpen-islami-religi/mawar-yang-mempesona-mewangi-hingga-ke-syurga.html
Selasa, 28 Mei 2013
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar :
Posting Komentar